Resensi Novel

RESENSI NOVEL

Oleh: Mariana Ulfah

Judul : Bodyguard Bawel
Pengarang : Triani Retno A
Halaman : 181 hal
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama


Novel remaja berjudul Bodyguard Bawel yang ditulis oleh Triani Retno A atau yang sering dipanggil Teera ini mengisahkan tentang Lea, seorang remaja kelas dua SMA Pelita Ilmu. Lea, lengkapnya Alea Nandhika adalah cewek yang bawel. Dia sangat menyukai karate dan memiliki sahabat bernama Yugi yang juga hobi karate.


Membaca kebawelan-kebawelan Lea dari awal cerita sampai akhir cerita, membawa memori kita terbang ke awal tahun 90-an, membayangkan tokoh Olga (yang selalu bersepatu roda, yang tomboy dan bawel karena dia juga penyiar radio) dan Lulu (adiknya Lupus yang bawelnya juga minta ampun). Lea sosok remaja perempuan yang bawel, tomboy, tapi ia juga baik hati. Dia tidak pernah segan menolong temannya yang kesulitan dan bahkan ia rela menolong orang lain yang kecopetan, dengan mengejar copetnya seorang diri.


"Bodyguard Bawel" menceritakan suka duka remaja terutama tokoh Lea serta sahabat-sahabatnya. Dikisahkan pada awal cerita bahwa sahabat sekelasnya Yola kebingungan mencari Adit karena pelaksanaan lomba melukis kian dekat. Adit ternyata suka menghilang dan menyendiri di rumah-rumah sakit hanya untuk merenung dan mencari pencerahan sejak Ibunya meninggal. Lea dengan bersemangat membantu Yola untuk mencari Adit, tentu saja dengan bantuan Yugi. Meski tidak begitu mengenal Adit, Lea kemudian bersimpati melihat karya-karya lukisan Adit yang berubah sejak ditinggal Ibunya, lukisan Adit kian muram dan sedih.


Di bagian lain, dikisahkan Lea berkenalan dan jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Gilang. Pertemuan yang terjadi kebetulan, gara-gara Lea menangkap copet yang mencopet Mamanya Gilang itu, membuat Lea merasa Gilang adalah cinta sejatinya yang ia cari selama ini.


Lea rela mengikuti tips-tips dari buku 'Kiat Mendapatkan Pacar Idaman' agar Gilang mau menerimanya sebagai pacar. Lea rela merubah selera RBT nya dari Kucing Garong dan SMS yang tergolong musik dangdut itu menjadi lagu-lagu Gita Gutawa dan Andra and The Backbone. Bahkan ia juga mati-matian berusaha menyukai musik klasik kegemaran Gilang yang disetel di mobilnya saat mereka pergi berdua.


Meski begitu, ternyata perasaan Gilang tidak seperti yang diharapkan Lea. Gilang justru tidak ingin Lea berubah hanya karena dirinya. Meskipun sedih tidak berhasil mendapatkan pangeran impiannya, Lea tetap ceria dan selalu ada Yugi yang juga setia mendampinginya sebagai sahabat.


Kesetiaan persahabatan Yugi dibuktikan dengan kegigihannya membantu Lea mengungkap pelaku teror SMS yang menyebarkan fitnah tentang Lea. Meski Yugi sudah memilih Kenni sebagai pacarnya, tapi diam-diam dia menyukai Lea.


Konflik dan tema yang diusung novel ini cukup ringan namun dialog-dialognya tidak membosankan. Mengalir dengan lancar, dan lucu. Mampu membuat kita tersenyum dan tertawa terbahak sendiri. Alurnya pun teratur, tidak terlalu cepat dan tidak juga lambat.


Satu hal yang sangat digarisbawahi dalam novel ini, adalah sebuah nilai persahabatan yang tidak mengenal batas usia dan jenis kelamin.


Persahabatan dalam suka dan duka. Persahabatan yang saling melengkapi. Kata-kata 'Thats what friends are for' sangat pantas menggambarkan persahabatan antara Lea dan Yugi serta sahabat-sahabatnya yang lain.


Bahkan jika suatu waktu timbul cinta. Maka cinta untuk sahabatlah yang pasti akan diusung Lea dan Yugi.




0 komentar:

Posting Komentar