Judul : Wo Ai Ni ‘Jangan Eksport Cintaku’
Pengarang : Achi TM
Halaman : 366 Halaman
Penerbit : Bukune
Menurut petuah orang tua jaman dulu (jaman sekarang juga kalee) bahwa cewek itu seharusnya bersikap lemah lembut dan feminin dengan tanda-tanda berbicara tidak boleh keras, berjalan dengan anggun, suka pakai rok, pandai merawat diri dan lain-lain dan sebagainya.
Kayaknya buat tokoh pelit (personal literature) yang satu ini, enggak banget deh...
Achi, cewek usia dua puluh tahunan yang sedikit ‘desperado’ karena masih jomblo, jomblo pacar dan jomblo kerjaan ternyata jauh banget dari kategori cewek yang kriterianya sesuai dengan petuah orang tua tadi.
Walaupun gitu, cewek yang bodynya gendut, jerawatan dan pake kacamata itu pedenya selangit loh. Gak suka jaim-jaim. Mungkin itu yang bikin Gopo, cowok idamannya jatuh cinta diam-diam.
Wo Ai Ni, menceritakan suka duka Achi (yang ciri-cirinya udah disebutin di atas) di sebuah ‘penampungan’ calon TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Achi dan teman-temannya dari seluruh daerah di Indonesia diharuskan belajar bahasa Mandarin selama tiga bulan plus pembekalan-pembekalan lain yang berhubungan dengan pekerjaan mereka kelak di Taiwan.
Taiwan?? Achi pada awalnya gak pernah menduga bahwa asrama MLC (Mandarin Language Center) itu adalah pintu gerbang dirinya dan teman-temannya dieksport ke Taiwan. Padahal cita-cita Achi sebenarnya ingin jadi penulis dan punya penerbitan sendiri.
Pada awalnya, saat Achi tau mereka diasramakan untuk jadi TKI, ia sempat bersikeras dalam hati bakalan gak ikut ke Taiwan dengan cara ‘tidak meluluskan diri’ alias bakal jelekin nilai ujian bahasa Mandarinnya, karena denger-denger yang bakal dikirim ke Taiwan yang nilai ujiannya bagus.
Tapi ternyata kekeraskepalaannya sedikit demi sedikit mulai surut. Apalagi setelah dia merasa menemukan keluarga baru di MLC. Ada Lusi, cewek manis asal Bangka yang jadi sahabatnya. Mereka berdua udah seperti saudara kandung. Susah senang bersama. Saking sayangnya eh jahilnya, Lusi pernah nahan pintu WC pake aneka perabotan gara-gara Achi betah banget nongkrong di WC sambil baca novel.
Pelit (Personal Literature) ini, menggambarkan sebuah penampungan TKI yang jauh dari kata menyeramkan. Kalau mendengar dan melihat selama ini di dalam berita-berita, penampungan TKI (kebanyakan yang illegal sich) ada banyak cerita mengerikan. Bukannya diberi pembekalan malah calon-calon TKI itu disiksa dengan berbagai macam cara.
Beruntunglah Achi, Ketua Karang Taruna tingkat RW ini mendapat pengalaman baru, ilmu baru dan teman-teman baru yang sangat mewarnai hidupnya. Meski hobinya (yang jelas-jelas bukan cewek banget) adalah ngiler pas tidur ato ngejailin tukang roti yang dari jauh keliatan kayak Pasha Ungu, dan paling rajin kalo suruh bangun siang dan mandi alias males banget, ternyata diam-diam suka sama yang namanya Gopo.
Nama lengkapnya Agung Hargopo, asli Jawa banget. Meski suka dijuluki teman-teman MLC ‘jalan tergopoh-gopoh’ tapi ternyata Achi punya panggilan spesial yang disave di hpnya “cowokgantengmisteriuspakepecitapijutek” (haduh panjang bener).
Achi merasa Gopo juga menaruh hati padanya (dengan tanda-tanda: mau bayarin ongkos, dan ngejar-ngejar Achi meski hujan), tapi ternyata sampai detik-detik terakhir kebersamaan mereka di MLC Gopo belum juga menyatakan cintanya. Bahkan Achi sempet patah hati karena Gopo masih mengharapkan cewek di kampungnya yang bernama Rita buat dinikahin.
Karena sangat takut kehilangan Gopo, Achi pun nekat mengungkapkan perasaannya pada Gopo. Now or Never!..gitu kali ya semboyannya. Kenekatannya pun membuahkan hasil, ternyata Gopo juga jatuh cinta.
Wo Ai Ni, menggambarkan keteguhan cita-cita seorang anak manusia bernama Achi dan teman-temannya (Lusi, Silvana, Teh Nur, Imat, Ijal, Sarah, dan lain-lain), dan perjuangan mereka untuk menjadi orang yang lebih baik dan mampu merubah hidup mereka dari sisi materi dan ketrampilan.
Meski ternyata program TKI ke Taiwan dibatalkan karena masalah dana, Achi tetap merasa bersyukur karena mendapat jodoh (akhirnyaa..), dan mendapat teman-teman baru yang sangat menyayanginya.
Buku ini bahasanya yang sangat ringan dan kocak bisa bikin kita nyengar-nyengir. Bahkan bisa jadi temen orang-orang yang insomnia, malem-malem daripada bengong, stress, mending baca buku ini deh..sangat menghibur.
Ok..Piss...
mariana ulfah
Resensi "Wo Ai Ni Jangan Ekspor Cintaku"
Diposting oleh
Mariana Ulfah
Minggu, 14 Februari 2010
Label: Lomba Resensi
0 komentar:
Posting Komentar