Rindu Di Ujung Shubuh

Ada rindu di ujung shubuh

yang mengering..

seperti embun di pucuk daun

yang mengerling



rindu ini tlah temani aku

sepanjang malam tadi

ingin kubagi denganmu

meski kau tak ada lagi



Ada rindu di ujung shubuh

aku berlari

sepanjang lorong yang mati

mengejarmu dalam sebuah mimpi

"jangan pergi"



Jakarta, 1 oktober 2010

dedicated for pemilik suara yg membuat jatuh cinta..belahan jiwa

"Suarakan Puisimu Dengan Lantang (The Report)

Pembukaannya dulu:

Thanks to Mba Achi yang dengan gigihnya udah mengetag pengumuman acara pelatihan ini di wall teman-teman termasuk saya.

Meski pada awalnya agak ragu2 karena lokasinya yang jauhnya bujug buneng..hehehe tapi akhirnya semangat kembali berkobar dan menyala-nyala..kenapa enggak dicoba aja?



Intinya:

Adalah..saya terlambat datang..walaupun gak terlambat-terlambat amat..thanks juga buat hujan yang tiba-tiba mengguyur Jakarta dengan derasnya..

Walhasil dari yang bajunya kering..basah..kering lagi..sampailah saya dan Mega ke tempat Mba Achi di Jln. Tenggiri 4 no. 85 Tangerang.

Sampai di sana dengan malu-malu kucing (kucing juga gak punya malu hehe) masuklah kita ke ruangan yang sudah dipenuhi oleh teman-teman (yang saat itu belum sempat berkenalan).

Dan yang lebih bikin surprise adalah sambutan hangat dari tuan rumah, Mba Achi..wah senangnya karena tadinya saya sempat takut sambil ketar ketir dalam hati "Waduh, bakalan ketemu penulis beken nich..pasti harus jaim-jaim" ternyata Mba Achi ramah sangat jadi saya dan Mega gak jadi malu-malu kucing deh..



Karena terlambat mendengarkan sesi penjelasan awal oleh Abah Yoyok, maka dengan senang hati Ayu menerangkan kembali dengan sejelas-jelasnya..dan saya manggut-manggut berusaha untuk mengerti.

Wah..ternyata membaca puisi itu gak bisa sembarangan atau kayak gaya baca puisi kita waktu di SD dulu ya..(masih inget kan pake gaya tangan yang muter-muter setiap ada kata ganti orang atau tunjuk..disertai nada suara yang tinggi-tinggi).



Sebelum membaca puisi ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Yang paling penting adalah interpretasi atau penafsiran. Penafsiran masing-masing pembaca puisi bisa saja berbeda-beda yang penting kita bisa menangkap maksud dan 'feel' dari puisi yang akan kita bacakan.

Selanjutnya barulah kita bisa menghayati atau menjiwai puisi tadi.



Meski kita sudah bisa menjiwai, ada hal lain yang juga harus ato kudu diperhatikan biar yang mendengar juga menangkap isi pesan puisi..yaitu artikulasi, intonasi, volume, irama dan modulasi (hehe kalo yang ini ini nyontek dari fotocopyan..)



Nah..setelah Ayu panjang lebar luas menerangkan, maka saya juga berkesempatan melihat Abah Yoyok membaca puisi karyanya..

Subahanallah..sampai amat terpesona..dan merasuk jiwa..



Inti yang bikin deg-degan:

Adalah...semua peserta membaca puisi..

cok dikocok kocok..satu persatu dapat giliran membaca puisi..

Angri dengan puisi Sttt..yang baru saja dikarangnya, ada Putri yang penjiwaannya paling bagus diantara kita-kita, Mega dengan vokalnya yang lembut, dan kemudian...saya juga kena giliran..walaupun sambil sedikit gemetaran tapi akhirnya bisa juga...Tapi kok Mba Achi gak kena giliran ya??? hehehehe....



Setelah kita semua selesai membaca puisi di depan layar (??) maka tiba-tiba muncullah dua cewe cantik Mba Padusi dan Mba Ovy..

Yang kemudian me-request Abah Yoyok uuntuk kembali membacakan puisinya...dan lagi-lagi kami kembali terbius ke dalam lantunan larik tiap baitnya...



Sesi diskusi aneka rupa:

Ini sebenarnya yang membuat semua anggota pelatihan menjadi semakin akrab. Ada Mas Nana yang dengan sabar dan setia memberi penjelasan mengenai sastra dan tips-tips menjadi seniman yang konsisten..sampai topik taaruf pun ikutan muncul (hehehe sambil sesekali Mba Padusi mempromosikan klien di sebelahnya untuk ditaarufkan..ckckck..PR yang handal..dan kliennya pun beringsut-ingsut mojok).



Saya sangat tertarik dengan penjelasan Mas Nana yang memberi semangat kami untuk tetap menulis, apapun kata orang..karena jika menulis sudah menjadi bagian dari hobi dan jiwa maka menulis ibaratnya kehidupan kita..

Saat kita menulis, jangan terpaku pada satu aliran karena jika kita melakukan itu, maka secara tidak langsung kita telah membuat dinding pembatas dengan pembaca..dan bisa saja pembaca membuat dinding pembatas dalam membaca karya kita..Hidup Mas Nana!

Abah Yoyok pun ikut menegaskan bahwa kita semua sebenarnya adalah seniman. Bahkan tukang bakso pun dikatakan seniman..u know what karena dia pun mampu mengolah bakso menjadi sebuah sajian enak untuk pembelinya..Seniman intinya adalah konsisten...



So guys..jangan takut untuk menulis ya..



Penutup:

Kayaknya tadi di atas udah ditutup y..



Pokoknya Pelatihan Puisi " Suarakan Puisimu dengan Lantang" adalah pelatihan yang asyik banget dan T.OP. B.G.T..

Gak sabar ikutan pelatihan selanjutnya dan kopi sorenya..



Makasih buat teman-teman baru yang amat menyenangkan..

Terima kasih buat Abah Yoyok dan Mas Nana Sastrawan yang bersedia menjadi guru untuk kami..saya..yang masih amat pemula..



Hidup Puisi! Hidup Mba Achi ! (hlooh??)

:-))



Demikian laporan pandangan mata yang disampaikan oleh Mariana Ulfah..kita kembali kepada yang punya rumah..silahkeeeuun Mba Achi...